Dalam rangka menyambut Hari Tuli Internasional (International Week of the Deaf - IWD) yang bertema “DENGAN BAHASA ISYARAT, AKU SETARA” pada tanggal 19-25 September 2016, menyampaikan informasi yang didapat dari Federasi Tuli SeDunia (WFD).
Federasi Tuli SeDunia (World Federation of the Deaf – WFD) berdiri di Roma, Italia pada tanggal 23 September 1951. Diselenggarakan pertama kali pada tahun 1958 di Roma, Italia, Hari Tuli Internasional (International Week of the Deaf) diselenggarakan secara rutin setiap tahun sekali, pada hari Minggu terakhir bulan September, Hari Tuli Internasional diarahkan untuk keperluan advokasi yang bersifat global dalam rangka meningkatkan kesadaran mengenai komunitas Tuli di lapisan/tingkatan yang berbeda.
Tahun ini kami sekali lagi berkumpul untuk memperingati tahun ke-10 pelaksanaan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) PBB dan pengakuan atas hak-hak disabilitas sebagai agenda baru yang berkelanjutan sampai tahun 2030. Tujuan dari pemandu praktis tentang hak-hak disabilitas mendorong pembaca agar dapat bertindak sebagai pendukung yang efektif dan menciptakan perubahan yang berarti untuk meningkatkan hak asasi manusia bagi masyarakat Tuli.
•HAK SEJAK LAHIR
Mengacu pada prinsip dasar hak asasi manusia dalam hubungannya dengan pemerolehan bahasa saat lahir, anak-anak Tuli memerlukan sarana komunikasi. Apabila bahasa isyarat diperoleh sejak lahir, anak-anak Tuli mampu berkomunikasi secara maksimal dengan orang-orang dengar. Dengan bahasa isyarat itu kemampuan kognitif dan ketrampilan sosial meningkat. Anak Tuli membutuhkan akses terhadap bahasa isyarat sejak lahir.
•IDENITITAS TULI
Identifikasi orang-orang Tuli adalah bagian dari komunitas budaya dan linguistik, yang menggunakan bahasa isyarat sebagai orang bahasa ibu atau bahasa alami untuk berkomunikasi.
•AKSESIBILITAS
Orang Tuli membutuhkan akses atas informasi dan pelayanan publik melalui juru bahasa isyarat, teks bahasa, dan/atau close-captioning. Faktor penting terhadap aksesibilitas untuk pelayanan publik, seperti layanan kesehatan, pekerjaan, kesejahteraan sosial atau layanan pemerintah lainnya adalah ketersediaan terhadap juru bahasa isyarat.
•BAHASA YANG SETARA
Pengakuan atas bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi yang valid untuk menyampaikan pemikiran, gagasan, dan emosi sangat diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa isyarat adalah sepenuhnya sebuah bahasa yang memiliki tata kalimat, tata bentuk, dan struktur wacana sendiri. Hal-hal tersebut memenuhi semua fitur yang menunjukkan konsep bahasa. Hal ini telah diketahui dalam banyak penelitian linguistik sejak akhir 1970-an.
•KESEMPATAN KERJA YANG SETARA
Adanya kemampuan berbahasa isyarat dan ketersediaan juru bahasa isyarat membuat orang Tuli bisa melakukan berbagai pekerjaan. Sangat penting bagi orang Tuli untuk mendapatkan pekerjaan yang aman dan sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Hambatan utama untuk memperkerjakan orang Tuli adalah lingkungan kerja yang tidak mendukung.
•PENDIDIKAN BILINGUAL
Pemangku kepentingan sangat diharapkan untuk menerima pendidikan bilingual untuk anak Tuli, yaitu penggunaan bahasa lisan dan bahasa isyarat. Melalui pendidikan bilingual, pendekatan sosial-budaya dilakukan lewat bahasa isyarat yang digunakan untuk memberikan instruksi di setiap subjek/mata pelajaran dengan penekanan pada pengajaran membaca dan menulis dalam bahasa yang digunakan di negara atau masyarakat.
•KESEMPATAN PARTISIPASI YANG SETARA
Orang Tuli harus memiliki akses yang setara untuk berpartisipasi dalam hubungan antarindividu, umum, dan bidang politik seperti orang lain. Yang lebih penting, perlu untuk dipastikan bahwa orang Tuli memiliki kesempatan untuk berperan sebagai pemimpin, sehingga mereka sendiri dapat melakukan advokasi atas hak-hak mereka secara tepat dan terlibat dalam semua proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Ini adalah refleksi dari slogan “Tidak Ada Apapun Tentang Kami Tanpa Kami.’
•PROSES BELAJAR SEUMUR HIDUP
Akses atas pendidikan, pelatihan kejuruan, dan pelatihan profesional yang berkelanjutan dan pengembangan kompetensi adalah kunci untuk mendapatkan, mempertahankan pekerjaan dan memperoleh upah yang memungkinkan orang Tuli mampu hidup mandiri.
Akses atas pendidikan, pelatihan kejuruan, dan pelatihan profesional yang berkelanjutan dan pengembangan kompetensi adalah kunci untuk mendapatkan, mempertahankan pekerjaan dan memperoleh upah yang memungkinkan orang Tuli mampu hidup mandiri.
repost IWD .